Port Elizabeth (Port Elizabeth)
Port Elizabeth (disingkat: PE; dalam bahasa Afrikaans dialek Eastern Cape juga disebut Die Baai, dalam bahasa Inggris sering dieja The Bay dan dalam bahasa Xhosa sebagai IBhayi, secara resmi diubah namanya menjadi Gqeberha pada 23 Februari 2021) adalah sebuah kota di Afrika Selatan, di Provinsi Eastern Cape. Kota pelabuhan ini terletak di pesisir selatan Teluk Algoa di pertemuan Samudra Hindia dan Samudera Atlantik. Port Elizabeth memiliki julukan 'the windy city' (Afrikaans: die winderige stad).
Port Elizabeth didirikan pada tahun 1820 oleh Sir Rufane Shaw Donkin dan sekitar 4000 pemukim Britania. Tempat ini diberi nama demikian untuk memperingati isterinya Elizabeth (bukan Elizabeth I, seperti yang diduga banyak orang). Pada masa Perang Boer Kedua, di kota ini dibangun kamp konsentrasi untuk orang-orang Boer (penutur Afrikaans), yang sampai hari ini masih bisa dilihat. Kota ini juga memiliki lapangan terbang lokal, Bandara Port Elizabeth. Lapangan terbang itu hanya melayani penerbangan dalam negeri. Tiap tahun pengunjung masuk lewat bandara internasional seperti di Johannesburg, Cape Town dan Durban, baru naik penerbangan domestik ke sini.
Sejak Februari 2021, nama Gqeberha, dari nama Xhosa kotapraja Walmer, telah diresmikan oleh pemerintah Afrika Selatan untuk menunjuk kota Port Elizabeth.
* Di kota ini tinggal sekitar 1 juta jiwa. Kota ini terletak di kotamadya Metropol Nelson Mandela dengan 1,5 juta penduduk, bersama dengan Uitenhage dan Despatch.
* Penduduk kota ini terdiri atas 58,9% kulit putih, 23,48 % kulit berwarna; 16,51% kulit hitam, dan 1,12 % keturunan Asia.
* Terdapat 26,2% penduduk di bawah 15 tahun; 20,2 % 15-24 tahun; 31,9 % 25-44 tahun, 16,5 % 45-64 % dan 5,3 % lebih dari 65 tahun.
* Penduduk kota ini 89,4% Kristen; 6,1 % tak beragama; 1,5 % Islam; 0,4 % Yahudi dan 0,3 % Hindu.
* Bahasa-bahasa yang dituturkan penduduk kota ini adalah Xhosa (57,3%); 29,7% bertutur Afrikaans; 12,1 % bahasa Inggris; 0,3 bertutur Sesotho; 0,1 % bertutur Ndebele dan Zulu. 0,2 bahasa lain.
https://www.pulpena.com/8-pelabuhan-di-afrika-selatan/
Port Elizabeth didirikan pada tahun 1820 oleh Sir Rufane Shaw Donkin dan sekitar 4000 pemukim Britania. Tempat ini diberi nama demikian untuk memperingati isterinya Elizabeth (bukan Elizabeth I, seperti yang diduga banyak orang). Pada masa Perang Boer Kedua, di kota ini dibangun kamp konsentrasi untuk orang-orang Boer (penutur Afrikaans), yang sampai hari ini masih bisa dilihat. Kota ini juga memiliki lapangan terbang lokal, Bandara Port Elizabeth. Lapangan terbang itu hanya melayani penerbangan dalam negeri. Tiap tahun pengunjung masuk lewat bandara internasional seperti di Johannesburg, Cape Town dan Durban, baru naik penerbangan domestik ke sini.
Sejak Februari 2021, nama Gqeberha, dari nama Xhosa kotapraja Walmer, telah diresmikan oleh pemerintah Afrika Selatan untuk menunjuk kota Port Elizabeth.
* Di kota ini tinggal sekitar 1 juta jiwa. Kota ini terletak di kotamadya Metropol Nelson Mandela dengan 1,5 juta penduduk, bersama dengan Uitenhage dan Despatch.
* Penduduk kota ini terdiri atas 58,9% kulit putih, 23,48 % kulit berwarna; 16,51% kulit hitam, dan 1,12 % keturunan Asia.
* Terdapat 26,2% penduduk di bawah 15 tahun; 20,2 % 15-24 tahun; 31,9 % 25-44 tahun, 16,5 % 45-64 % dan 5,3 % lebih dari 65 tahun.
* Penduduk kota ini 89,4% Kristen; 6,1 % tak beragama; 1,5 % Islam; 0,4 % Yahudi dan 0,3 % Hindu.
* Bahasa-bahasa yang dituturkan penduduk kota ini adalah Xhosa (57,3%); 29,7% bertutur Afrikaans; 12,1 % bahasa Inggris; 0,3 bertutur Sesotho; 0,1 % bertutur Ndebele dan Zulu. 0,2 bahasa lain.
https://www.pulpena.com/8-pelabuhan-di-afrika-selatan/
Peta - Port Elizabeth (Port Elizabeth)
Peta
Negara - Afrika Selatan
Bendera Afrika Selatan |
Jumlah populasi Afrika Selatan lebih dari 60 juta orang, Afrika Selatan adalah negara terpadat ke-23 di dunia yang mencakup area seluas 1.221.037 km2. Sekitar 81% dari populasi Afrika Selatan adalah orang Kulit Hitam Afrika Selatan. Sisanya terdiri dari komunitas keturunan Eropa terbesar di Afrika (Kulit Putih Afrika Selatan), keturunan Asia (India-Afrika Selatan dan Tionghoa-Afrika Selatan), dan keturunan multiras (Kulit Berwarna Afrika Selatan). Afrika Selatan adalah masyarakat multietnis yang mencakup beragam budaya, bahasa, dan agama. Komposisi pluralistiknya tercermin dalam pengakuan konstitusi terhadap 11 bahasa resmi, menjadika Afrika Selatan sebagai negara dengan bahasa resmi terbanyak keempat di dunia. Menurut sensus 2011, dua bahasa pertama yang paling banyak digunakan adalah bahasa Zulu (22,7%) dan bahasa Xhosa (16,0%). Dua bahasa berikutnya berasal dari Eropa: Bahasa Afrikaans (13,5%) yang berkembang dari bahasa Belanda dan berfungsi sebagai bahasa ibu sebagian besar orang Kulit Berwarna dan Kulit Putih Afrika Selatan; dan bahasa Inggris (9,6%) yang mencerminkan warisan kolonialisme Inggris yang umumnya digunakan dalam kehidupan publik dan komersial sebagai basantara.
Mata uang / Bahasa
ISO | Mata uang | Simbol | Angka signifikan |
---|---|---|---|
ZAR | Rand Afrika Selatan (South African rand) | Rs | 2 |
ISO | Bahasa |
---|---|
AF | Bahasa Afrikaans (Afrikaans language) |
EN | Bahasa Inggris (English language) |
ST | Bahasa Sesotho (Sotho language) |
SS | Bahasa Swati (Swati language) |
TS | Bahasa Tsonga (Tsonga language) |
TN | Bahasa Tswana (Tswana language) |
VE | Bahasa Venda (Venda language) |
XH | Bahasa Xhosa (Xhosa language) |
ZU | Bahasa Zulu (Zulu language) |